Puisi Perpisahan dengan Sahabat
------------------
Judul: Perpisahan
Kawan ku,
Jika ada saudaraku yang lain diantara kakak dan adikku itu pastilah kau
Saudara ku
Kita sama menyusuri ombak kecil jikala pasang
Berpanas ceria dikala terik
Sahabat ku
Kita mungkin saja pernah menghempas tangis berdua
Bertindih susah bersama-sama
Bermandi keringat tanpa jeda
Tapi aku tak kan bisa gembira tampamu di tanah baru nanti
Sahabat ku
Akan tiada lagi kita berdebat soal bulan
Tak akan pernah lagi berlomba memacu perahu
di tanah baru mungkin akan gersang tampamu
Sahabat ku
Percayalah perpisahan ini tidak membawa senang padaku
Namun ini harus kujalani
Namun kelak kita kan bersua lagi, dengan mengulang kisah-kisah kita kini.
Kau dan Aku
Oleh: R.DIAZ SUKMA LAKSANA PUTRA.
kita saling menunggu
Kau menunggu di atas tumpukan batu yang berserakkan
Dan ku menuggu di bentangan pasir yang luas
Itulah kegelisahaan yang tak akan pernah sama
Kelak kita menjalani hidup masing masing
Andai segala sesuatu dapat berjalan sesuai ingin ku
Andai segala sesuatu dapat berjalan sesuai ingin mu
Namun kenyataan hanyalah milik kita sendiri
Betapa bergetar hati ini bila ku sematkan nama mu
Mungkin begitu juga dengan mu
Menyuarakan isi jantung masing masing
Sebab kita hanya mampu Mengeja huruf nama dari kejauhan
Tak kan terhitung kerinduan di dalam jiwa
namun itulah sebaik baiknya jalan yang mesti kita tempuh
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Andai hatimu dan hatiku dapat bicara
Ku bongkahkan apa yang ada di hati ku
Dan begitu juga mungkin di hatimu
Bagaimana kita akan bergumam
Hati kita tak berlidah
Juga tak bergigi
tetapi tak sama dengan lidah yang mengucap di mulut mulut
dia sering berbohong
bahasa hati pasti jujur apa adanya
tak perlu di pagar
tak perlu merangkai kata kata yang sulit di mengerti
jika mereka mampu bicara
dialah bahasa yang tak pernah berbohong
pada setiap huruf konsonan yang mereka ucapkan
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
berpeluh menanti mu
Kau kirimi surat di atas pelopak mataku yang sering gatal
Membuat ku tak mampu membacanya
Semakin buatku terhanyut dalam indahnya anganku
Andai kau dapat menyentuh mata hati ku yang syahdu tuk hilangkan gundahku
Dan kau mengetahui isi hati ku
Dan kau tahu akan ingin ku
Karena ke gundahan ini seudah lama mengoyak jiwa
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Diantara rinai gerimis malam tadi
Air mata juga turut membasahi jantung mu
Menyimak kata kata yang mestinya tak kau dengar
Dari lidah si pendurhaka malam itu
Sungguh kejam
Dinding kebahagian retak dan pecah karenanya
Dan itulah serpihan
Yang selalu menjengkel di rahim mu
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sebuah epidemi saat jiwa mengakui kesakitan
Lengang sudut hati ini saat kutengok
Lembab berlumut saat kubelai
Rapuh sekali jejak rasa yang dia tinggalkan
Menyihirku menjadi not-not bisu yang terbakar lemas
Saat dimana aku datangi kubur masa laluku
Darah akan terasa lendir nanah
Gemuruh nafas akan terasa wewangi muntah
Hingga hati tersihir jingga…
Kutemukan kau dalam dunia semantis
Euforia barat dan timur yang merajai langkah
Memaksaku menjamah aphelium menjaraki kita
Siapa dapat menerjemahkan sayap camar yang mengelabuiku?
Aku pun rindu…
Menghampirimu dengan kecepatan angular yang tak terbatas
Intan dan tiara berkilau menarikan propaganda
pengetam
Bagai tetes minyak milikan jatuh menjadi sumbu pertikaian
Terpampang jelas mengoyakku tanpa mantra penyangga
Hingga terpaksa kuenyahkan dengan kutukan tak termaafkan
Aku masih rindu…
Dengan pasak pilar yang takkan tergoyahkan
Mengasihani tongkang hati yang lama tak berlabuh
Biarkan masa itu habis ditelan veela simpananmu
Atau jasadku kandas tenggelam dalam bumi pertiwi
Kehadiran mereka adalah bahasa waktu yang enggan kugenggam
Aku akan selalu rindu…
Sebab perasaanku tak terbendung oleh friksi
Namun, kepada siapakah?
Perkamen hidup dimana disitu tak ada siapa-siapa
Sebab yang kurindukan meneriakiku bukan siapa-siapa
Jadi, rindu ini untuk siapa?
Tak ada siapa-siapa yang inginkan menjadi siapa
Timur Laut, 20 November 2010
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Mengais cerita
Mengusap bibir yang basah
Merangkul dada yang sesak
Bertukar kegelisahan
Kemana kan kau cari selain padaku
Saling menunggu, kunci sebuah rindu
Ah,
Aku kangen
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
untuk satu kisah yang buta
hari yang selalu dipenuhi dengkur tropika
aku menagih betah pada sebuah pelayaran panjang.
menuju sungai susu tubuhmu
lalu seribu tanganmu menawarkan hati
hati baja, hati tembaga
yang berdiri dipuncak-puncak tebing tanpa tiang
menyambutku dengan risau menganga
aku adalah pisau-pisau terpanggang
yang akan mengubur perih mantramu
dengan rasa cemburu
atas nama eros
ku kecam bulan bertato mawar
karna rakaatku selalu wajahmu mengampar
maka biarkanlah aku menjadi sungai
yang menanti sesat alirmu
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
SELAMAT
Kenapa hari ini beda
Ku lihat kalender di dinding
Tiada yang berbeda
Semua hanya deretan angka
Berwarna merah dan hitam
Dengan bergambar laut biru
Aku tetap termenung
Jauh menatap birunya laut
Itu gambar yang nyata
Pintu ku terketuk
Angan ku buyar entah kemana
Sebuah bibir tersenyum
Mengulurkan tangannya padaku
“SELAMAT ULANG TAHUN”
Katanya pada ku.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Rintihan suara
Membanjiri telaga
Membendung cahaya
Menutupi sgala cara
Suara mereka
Buat smua rasa
Tak ada kata
Yang terasa
Satu cara smua terhenti
Smua ucap pada illahi
Beri sabar atas ini
Hingga tak lagi ada mati
Satu uluran tangan
Untuk kebahagiaan
Satu bantuan lebih
Untuk obat sedih
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
aku masih mengingat tentang bagaimana kita bertemu
aku masih mengingat tentang ciuman pertama kita
diluar sana sangat dingin
angin terburu-buru berlari kesana-kemari
kurasa ia bertekad menerbangkan orang yang berjalan di
pinggir, sendirian
tapi kurasa ia juga bertekad mengeratkan tubuh kita
agar bertumpu
membikin suatu bebunyian yang kasar
yang banyak disuka
aku tersenyum
wajahmu memang wajah kebanyakan, wajah manusia
tapi entah ada selimut yang menyembunyikan sesuatu disana
membuatku memburu
bagaimana engkau mendekatiku, lalu berbisik perlahan
lambat laun mengejar, meraba bibirku
dan lalu rasanya basah, lengket, lalu berlanjut….
R.DIAZ SUKMA LAKSANA PUTRA.
Pada siapa rindu ku torehkan
pada siapa keelokan ku paparkan
ketika hamparan berkabut kencang
ketika genggaman terlepas jauh
Saat semua menghilang dalam cengkraman indera
Duhai sayup-sayuP rasa Pengasih
Bumbu keindahan dikala mahligai bersemi
Dikala mata memandang tak bersahabat
Kau rasa Pengasih
Kau rasa Penyayang
Kau rasa Penyejuk
Memapahkan ku disetiap keheningan bercengkrama bersama
senyuman
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
ciNta bernuansa menari bersama senja
Terbuai daLam meLodi nada-nada haRapaN
menGaYuNkN GETARAn Dan denyut Nadi
Hingga Hadir dLm butiRn mutiaRa MELaMBAI bersanding diantara
dedaUnaN dan
tetesan embUn penyejuK kasih membara
Kasih..
Tiada hati reLung2 asmara ku pejaMkan
Tiada Lara puing2 ku hancurKn
Karena Sekeping pecahaN bak rinduku berceloteh
Setetes luka hati ku seakan kasih nan membara
Seolah tak pernah hilang walau kini kau menghilang
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
malam ini tak ada awan
mungkin tersapu hujan
cuma dingin
tak ada hembus angin
kata-kata redam
sebisu langit yang juga diam
bahkan rindu yg biasanya terjaga
lelap entah di laut mana
nafas ini sendiri saja
memanggil pelangi sia-sia
di balik buram kaca jendela
selain sepi yang sempurna
tak ada lagi kawan bicara
dimana kiranya
lengkung pelangi bersembunyi?
tetes air mata
terurai jatuh tanpa suara
tanpa isak yang biasa
lalu semua tenggelam
nafas…juga tetes air mata
serupa langit dan kata”
mereka memilih diam
menyerah untuk istirah
di bahu malam yang mulai patah
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
dipenghujung sore itu
kau sentuh hatiku dengan kata-katamu yang lembut
dan membuatku berkesan
aku menitipkan doaku pada hujan agar kita bertemu lagi
saat itu mendung dengan sedikit rintik menyertainya
aku memandang keluar jendela kaca
dan tatapan kita saling bertemu
dan saat itu ku selipkan selembar doa dalam gerimis
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
dalam lilitan kabut kepedihan
dalam jeratan pekik kehancuran
lintas waktu melangkah lambat
jauh mencapai ujung kebahagian
kelak…..
nyatakah kado kebahagiaan itu
bagai emas diselimuti hal ghaib
tak tertebak nyata atau tidak
kelak…..
akankah kerikil tajam ini menyingkir
menjauhi langkah yang menapak
hingga kian terasa ringan berinjak
kelak…..
bolehkah ini terbebas
dari belenggu ketidak pastian
hingga terukir senyum kemenangan
impian……
atau kelak menjadi nyata
berhias tegak di pelupuk mata
jelas terlihat indah sang mentari
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Ingin Sekali kubunuh diriku (tapi bukan bunuh diri)
membunuh diriku yaitu diriku yang membunuh aku
akan kucabik mereka yang ada didalam diriku
yaitu diriku yang berkhianat
…
ketika pedang menusuk hati
air mata yang terurai
ketika hati membusuk
lidah kelu tak berdawai
…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
disaat kau ada
aku merasa ta’ membutuhkanmu
tapi disaat kau menghilang
kenapa aku merasa ingin mencarimu
disaat kau dekat
aku merasa ta’ ingin bersamamu
tapi disaat kau dengan yang lainnya
kenapa aku merasa sakit melihatnya
aku ta’ kuasa menafsirkan rasa jiwa
ketakutanku terlalu dalam untuk menetapkannya
tapi hati ingin slalu menemukanmu
memastikan tentang keadaanmu
rindupun menjadi duri di jiwa
membuat wajahku basah dengan air mata
hati gelisah dengan berbagai tanya
ingin kusampaikan namun bibir ta’ mampu untuk berkata
dengarkanlah bisik hatiku
rasakanlah dengan setulus jiwamu
bacalah setiap sorot mataku saat menatapmu
setiap tingkah laku ku saat bersamamu
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
hampa rasa diri.
Ini hati bergemuruh
‘tika teringat dikau penuh – seluruh
tinggalkan nama, tinggalkan raut muka
tinggalkan semua yang dikau punya
sebelum asaku bertahta.
Sepi …
hati terpaut padamu
begitu mendendam rindu.
Biar keluh … biarkan menahan pilu,
biar resah … biarkan menahan gundah
merenggutmu, lepas – sudah …
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
‘Ku tatapkan mata
hatiku pada penjuru waktu
‘Ku lampiaskan tanya jiwaku pada yang kujumpai
Ada apa dalam getar hatiku ?
Bila bertemu satu angan yang terbayang
ada rasa kian meronta, hendak mencari penawar hati.
Akankah getar hatiku membawa asa ?. Dimana … ?
Karena asaku adalah hidupnya jiwaku.
Langkah demi langkah ayunan hatiku
berpijak,
menelusuri gugusan masa hidupku ;
‘Ku rasakan getar-getar penuh misteri,
- seperti jalur seorang musafir,
menyusuri jalan berpasir .. berkerikil .., kadang berbatu.
Perjuangan,
Laskar cinta di medan sunyi
angan menggapai namun tiada membekas
hampa sebuah raihan kandas dalam bidikan,
sebuah perang sunyi di belantara gundahnya hati.
.. cinta kugapai, tiada kudapat,
rinduku …, ‘bak peluru tiada bermusuh.
Kini laskar cinta kesunyian di medan laga,
kutatap – sepertinya …
perang ini sebuah perjalanan panjang.
Haruskah ‘ku lalui seorang diri,
atau diam termenung berteman kalut
sehingga asaku habis merenungi penjuru waktu
yang hanya terpena di hati.
Haruskah ‘ku lalui seorang diri … ?
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sayang,
ku titip kan cinta ini pada matahari yang selalu setia
menyinari bumi,
walaupun dia kadang enggan bersinar,
tapi kan selalu ada mendampingi bumi.
Begitu juga dengan cintaku.
Sayang kutitipkan cinta ini,
pada matahari dengan harapan suatu saat nanti kau bisa menatap matahari dan
bisa membaca bahwa ada cintaku disana…
Sayang mungkin aku tidak bisa bermuluk-muluk padamu,
karna kuyakin suatu saat kau tau bahwa aku kan setia selagi aku mampu.
Sayang cintaku ini seperti matahari,
walaupun suatu saat kujenuh padamu,
tapi yakinlah aku selalu ada untukmu..
Sayang,
kutitipkan cinta ini pada matahari,
berharap kau bisa menatap matahari itu,
dan kau kan tau…
Sayang,
ku akan tetap menitipkan cinta ini pada matahari,
walaupun nantinya kau tak kan pernah menatapnya,
kuyakin pasti ada yang lebih pantas tuk menatap matahari itu dan tau ada cinta
yang tulus dariku…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Bagiku sahabat adalah yang terhebat dalam hidupku
Bagiku sahabat adalah yang teristimewa yang pernah kumiliki
Karena hanya sahabat yang bisa membuat warna dalam keseharianku
Hari-hariku terasa mencekam tanpa kehadirannya
Aku jadikan sahabat sebagai hembusan nafasku
Jadi tanpa sahabat aku merasa nafasku terhenti seketika
Aku jalani persahabatan dalam hati,jauh dilubuk hatiku bukan dalam pikiran atau
ingatan semata
Jadi ketika aku ataupun sahabatku melakukan kesalahan,dengan hati pula
segalanya diselesaikan.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
seiring berputarnya sang waktu…
menuntunku menjalani takdir cintaku
kadang kedukaan menjadi temanku setiap waktu..
ku rasakan hidupku hanyalah bernafas duka lara…
tapi semua berakhir setelah bidadari itu datang….membelai lembut jerami hatiku
membuatku bangkit dan ingin hidup selamanya..
tapi rasanya ku terlambat untuk menjenputku kebahagiaanku bersamanya..
dia tlah meyimpan rasa cintanya untuk orang lain….jauh sebelum
aku mengenalnya sebagai bidadari penawar duka laraku selama ini………
sepertiya ku terlambat??
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kenapa kepuraanmu begitu berbisa??
kini diriku terjebak dalam setiap anganku…
menanti dan terus menanti kesetiaanmu
meneteskan butiran kecewa dalam penantianku..
Kenapa kau hadirkan sebuah syair cinta untukku??
tapi kau hanya menaburkannya dalam badai penghianatanmu…
memulai semua dengan kata-kata manis yang pahit dalam kesendirianku..
ku menangis untuk kebahagiaanmu…
semoga kau bahagia setelah meluluhkan semua kebahagiaanku
semoga penyesalanmu tak pernah datang untukku…
selamat tinggal sisa-sisa harapanku yang hampa..
terbanglah engkau melemparkan penderitaanku yang tak berujung….
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA PUTRA.
Sendiri, kudisini Mengamati derap langkah para pencari nafkah
Dalam keterbatasan dan harapan
Menggenggam sebuah impian besar
Impian para kaum sarjana
Sungguh mereka bukan lah mahkluk lemah
Yang hanya bisa mencela kerasnya dunia
Lalu terdiam termakan oleh jaman
Mereka hanyalah kaum yang kurang beruntung
Yang terlupakan oleh kaum beruntung
Terlihat jelas piluh di raut mukanya
Butiran keringat menghiasi setiap bagian tubuhnya
Terpancar semangat di matanya
Dengan senyuman lembut yang menghias wajahnya
Dalam hati ku bertanya
Apa yang bisa kulakukan buat mereka ??
Melihat diriku sendiri yang terjajah..
Sementara kumelihat mereka yang mulai lelah
Namun aku percaya kawan..
Mereka bukanlah orang yang lemah
Mereka bukanlah orang yang mudah putus asa
Mereka adalah harapan bagi keluarganya
Mereka adalah pahlawan bagi keluarganya
Andai aku bisa sedikit membantu …
Ya Robb kumohon berikan kami sedikit peluang …
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Hidupku manai
Berkabung jiwa
Pikiran terkulai
Dahi layu
Hati kemelut
Masalah bak danawa
Gundah kapiran
Memegang danda bagi jiwa
Hanya iman yang kenan
Seolah dandapati akan menjemputku
Aku butuh Engkau ya Allah.
Agar semua ini segera luruh
Biarkan aku tetap berada di marcapadamu ini Ya Allah
Agar imanku tak luruh
Agar aku tak ikuti agitator setan
Jangan biarkan aku menjadi agnosia atas semua yang Kau
anugerahkan
Maafkan aku yang begitu tambung ya Allah
UntukMu dan orang tuaku dan orang –
orang yang ku sayangi
Aku beriman padamu ya Allah
Jadikan hati dan jiwaku afiat ya Allah.
Mutakadim mustajabkan doaku Ya Allah
Luruhlahkan kesalahanku
Jangan kau jadikan aku klaras
Tak ada yang langkara bagiMu ya Allah
Aku bertawakal padamu Ya Allah.
Allah bimbing aku, jaga aku, lindungi aku
Dengan hidayahMu wahai maha pemaaf
Maha pengasih dan penyayang.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Aku tak pernah berlari meninggalkanmu !
Melangkah menjauhi pun tak pernah terlintas
Aku masih disini…. Aku masih ada…
Namun sebait pun kini tak sempat lagi kubuat
Setiap hari kuhanya bisa berkata pada hati
Besok mungkin dapat kuluangkan waktu lagi
Tuk menulis tentang hati…
Dalam sebentuk puisi
Nyatanya aku tak pernah sempat
Ragaku s’lalu saja terlebih dahulu penat
Sehingga asa dan rasa tak pernah sempat
Dapatkan waktu yang tepat untuk puisi-puisi baru kubuat
Hingga sekali lagi di pagi ini
Kerinduan pada puisi kembali menjadi
Curahan hatiku dalam sebentuk puisi
Semoga esok aku bisa segera kembali
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Hari demi hari kucoba melupakannya,
Tapi semuanya itu percuma.
Ku coba untuk menghapus kenangannya,
Tapi jawabannya tetap sama.
Apa yang harus ku lakukan?,
Jika dia tak bisa ku lupakan.
Apa yang harus ku korbankan?,
Demi melupakan dirinya seorang.
Aku hanya manusia biasa,
Yang tak akan pernah bisa mencinta.
Aku hanya sebuah bayang-bayang,
Yang tak akan pernah bisa untuk menyayang.
Kini aku pun mulai menyadari,
Aku hanya lelaki yang tak tahu diri.
Kini aku pun mulai merasa,
Aku memang lelaki yang tak pantas mencinta.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
sapaan lembut dari celah bibir merahmu
membuat hatiku lapang
tak ada lagi bimbang dalam
air mata yang berkubang
awalnya sudut mataku tlah berkunang-kunang
bersiap menetaskan semua penat dalam derita panjang
tapi kau hadir hapus semua lara
seolah jiwa takkan lagi merana
bagaimana bisa kulupakan semua
sedang kau terlalu berharga
walau lonceng perpisahan tlah berdentang
memaksa kita tuk pisah
tapi aku tetap disini
karena kau yang terindah
yang terindah
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Aku terus berlari
Tanpa henti
Ingin ku kejar dirimu
Walau sampai ke ujung dunia
Dengan airmata bercucuran di pipiku
Tak ku pedulikan rasa sakit di kakiku
kepedihan yang ku rasakan
lebih mengoyak – ngoyak di sini
Di relung – relung hatiku
Sakitnya sungguh tak tertahankan
Ku tak lagi pedulikan orang – orang yang melihatku dengan pandangan ganjil
Biar
Biar semua orang tahu
Biar seluruh dunia melihat
Betapa hancurnya aku
Setelah kau lari dalam damaimu
Meninggalkanku tanpa pesan
Inikah caramu membalas ketulusan cintaku
Ku tutup wajaku saat ku mulai terhenti di jalan ini
Airmata perih masih mengalir
Menyadari cintamu yang takkan tergantikan
Takkan pernah
Sepanjang sisa hidupku
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
aku…
kesendirian ini selalu menggerogoti tubuhku
kesepian terus mencoba melobangi jiwaku
perih yang kurasa menusuk sampai ke tulangku
terbang di antara angan
desir ombak pun mengayuh untuk terus menggebu
asa kini menjadi butiran pasir berdebu
hitam kini bercampur menjadi kelabu
sakit yang ku rasa telah menjadi ngilu
percuma aku merindu
kau takkan akan pernah menjemputku
air salju sudah membeku
takkan ada lagi sepatah kata untukku
wahai kawanku
duduk , termangu menunggumu
itu sudah nasibku
kini kelabu menutupi kisahku
melayang jiwaku
terbang besama mimpi yang tak kan kembali
itulah aku…
hanya ini puisi dariku
puisi basah tercipta hanya untuk sangmu Primadona
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Pagi yang cerah ketika burung-burung meliuk diangkasa
Bersembunyi diawan-awan putih pada pelataran birunya langit
Bak bersautan dengan tengadahnya tanganku menjulang tinggi
Alunan dzikirku melebihi riuhnya nyanyian mega
Dalam rasa dalam jiwa qalbuku melebihi dalamnya samudera
Tetesdarah rindu bolak balik dalam bongkahan hati
Semakin jernih sampai dijantungtubuh dan,
Duduk terdiam dalam nadi qalbuku.
Helahan nafas silih berganti berirama mengeringi nyanyian
zikir
Semakin jauh masuk dalam qalbujiwaku akhirnya sampai pada ruhqalbuku.
Semakin dalam semakin jernih darahrinduku, dan…
Semakin tenang bermukim rinduku pada-Mu.
Rabbi,
Kadang kakiku sudah mulai gontai dilangkahkan,
Kadang nafasku mulai sesak,
Itu tubuh milik-Mu.
Tapi Rab,
Kaki jantungku semakin tegap melangkah
Nafas qlbujiwaku semakin teratur
Mengiringi tetesdarah rindu menuju Arsy-Mu
Ohh, melayangkan jauh melebihi burung-brung itu
Bersautanlah rindu cinta dalam rulqalbu jiwaku
Keharibaan-Mu melebih sautan mega dalam pelataran langit biru.
Aku tertegun dalam aliran nada dzikir,
Tersungkur sujud dalam sajadah bumi-Mu.
Berlipattangan dalam dekapan rindu,
Tersenyum dalam lambaian wajah-Mu dihatiku
Satu kata,…. satu kalimah,….. satu rasa…..
Yang mengantarkan melayang jiwakurinduku pada-Mu
Laa Ilaaha Illa Allah.
hari-hari ku yang sepi…
telah membawa hidupku dalam kesedihan..
canda tawa yang dulu ada..
telah terbawa jauh oleh rasa cintaku padamu…
aku hanya bisa berharap..
kau akan tau dan mengerti…
memahami dan merasakan apa yang aku rasakan..
dan membawa kembali senyuman untuk ku…
senyuman yang dulu kau bawa bersama cintaku…
tapi ada satu hal yang selalu aku takutkan…
kau tak pernah merasakan apa yang aku rasakan..
kau hanya menganggapku sebagai teman..
itu yang selalu membuatku merasa sepi…
tak mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini…
rasa cinta yang terpendam di dasar lubuk hati..
itu yang selalu membuatku tersenyum saat kau bahagia..
melihat kau bersama dia yang kau cintai…
dan dia itu bukan aku…
mungkin memang aku tersenyum bahagia…
tapi sebenarnya hatiku menangis…
menyadari bahwa cintamu bukan untuk ku…
tapi aku akan tetap tersenyum bahagia…
karna bahagiamu bahagia ku juga….
R.DIAZ SUKMA LAKSANA PUTRA.
Sebentuk awan menghiasi langit
Kau lihatkah itu sayang ?
mencorak indah dilangit sana…
Kutatap, kurasakan kerinduan
kerinduan atas kebersamaan kita…
Sayang awan putih itu masih mewarnai langit,
memberikan corak biru putih pada langit itu…
Ku ingin saat ini kau juga memandang langit itu,
biar kau juga bisa merasakan kerinduan ku yang mendalam…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
# kutulis semua ini dalam resah
# merenungi kebodohanku
# tak pernah terfikir kan seperti ini
# kau yg selalu mendengar keluh ku
# kau yg selalu menemani tawa ku
#
# selalu bisa menuntun ku saat ku terseok dlm gundah
# rasaku tlah bersemi untukmu
# asa ku tlah terpaut padamu …
# selama ni hanya ku simpan semua..
# ku takut ….
# kau kan pergi bila tau ..
# tak lagi dapat ku lihat tawa konyolmu..
# ternyata .. aku salah…
# hanya sesal yng dapat ku kecap..
# tak kusangka ..
# kau pergi begitu cepat
# tinggalkan harap untukku…
# rasa ini hanya menjadi memori..
# kenapa tuhan mengambilmu dari ku…
# mengambil tawaku ..
# mengambil semangatku….
#
# hanya dapat ku pandang deburan ombak tuk mengenangmu….
# sahabat terbaikku…..
# semangat dan tawaku……
# rasa ini masih tersimpan untukmu….
# ku berharap .. kau melihatku …. dari tempat terindah mu…….
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kau yang selalu di hatiku
Yang selalu di jiwaku
Yang menjadi bagian indah di hidupku
Kau yang menjadi bidadari
Walaupun kau tak sempurna
Cinta suci yang ku berikan untukmu
Mungkin tak akan terganti
Bayangmu di hidupku…
Karena ku ingin slalu ada di pelukmu
Ku ingin kau menjadi BINTANG…
Menerangi di setiap malam-malamku
Menjadi indah karena hadirmu..
di hidupku…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Aku rindu pada kebebasan,
Rinduku terpatri padanya…
Laksana sang anak rindu akan ibunya.
Tatkala bisikan dedaunan dan angin,
Mengumandangkan adagium kebebasan,
Aku rindu dan semakin rindu padanya.
Karena,
Aku tlahpun melihat, dan mencari tahu…
Tentang penindasan, penjajahan, dan pembodohan,
Oleh…penguasa negeri ini!
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Rasa ini datang begitu saja,
Tanpa permisi ia menyentuh batinku,
Sungguh tak mampu ku ukir pada prasasti apapun,
Betapa ia indah dan menyiksa.
Sesyahdu melodi harmoni,
Rasa rindu itu berbalur bersama waktu,
Bersama gemintang di cakrawala bebas,
Ingin kumelayang menelisik angin…tuk bersua denganmu.
Kekasih…jika rasa itu memeluk jiwamu,
Jagalah ia dengan lembut belaimu,
Meski nestapa kerap hadir mengusik hati yang gelisah,
Aishiteru…!
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sesaat setelah perjalanan ini akan terhenti
Bayangan lalu masih membeku di hatiku
Sesaat kemudian mulai mencair
Tinggalkan bayangan yang dulu pernah ada
Dahulu aku bukanlah kapas putih
Dahulu aku adalah tinta hitam dalam lembaran biru
Saat berjalan bersamamu
Aku ingin kisah ini menjadi kapas putih
Kita yang akan memberi warna di kapas itu
Namun sekarang…
Kebimbanganku mulai memuncak
Kebimbanganku akan dirimu selalu terlintas
Perjalanan itu baru akan dimulai
Namun kau hentikan dengan egomu
Aku bimbang…
Aku bingung…
Hingga aku ragu…
Lembaran putih ini ternyata palsu
Kau hiasi dengan nilai yang agung
Kau paksa untuk berwarna putih
Hingga akhirnya putih itu memudar dan sirna…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Takdir telah berkata,
Ya Allah berikanlah kami kekuatan
Walau air mata tak henti tertahan
biarkan kami bisa menerimanya…
Ya Allah ini adalah kehendakMu,
maka semuanya kami kembalikan kepadaMu,
semuanya mempunyai batas,
maka berikanlah pula kami kekuatan yang tak terbatas dalam hal ini…
Orang yang kami
sayang,
yang selama ini menjadi bagian dari hidup kami,
kini menghadapMu…
Berilah kemudahan untuknya,
lapangkanlah tempatnya disisiMu,
Ya…Rabb…
Kami tau ini yang terbaik,
maka berikanlah kesempatan kepada kami untuk bisa menerimanya…
Ya Rabb,kami menangis bukan karena tidak menerima takdirMu,
Kami menangis bukan karena tidak beriman kepadaMu,
Tapi kami hanya butuh waktu,
butuh waktu untuk menenangkan diri dari keterkejutan kami,
Ya Rabb..Bimbing lah kami…
Tags: Puisi Ilahi, puisi rabb, puisi sayang, puisi pencipta,
puisi islam, sastra islam,
puisi takdir, syair islam
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kamu tau sayang, aku sayang kamu
kamu tau sayang, sampai kapanpun akan begitu…
walaupun kau mengiris sebagian dari hatiku,
walaupun kau sayat-sayat jantungku,
aku kan tetap sayang kamu sayang…
Walaupun amarah ku memuncak,
walaupun suatu waktu aku meninggalkanmu,
percayalah sayang itu hanya sementara,
aku bakal kembali padamu..
Aku sayang kamu, sayang
tak hirau buatku apakah kau tau hal ini,
apakah berarti untukmu keberadaanku, perhatianku, aku kan tetap pada hatiku,
pernahkan kau tau cara membohongi hati sendiri ?
sakit bukan ?
Aku sayang kamu sayang,
walaupun kau kan menyakitiku,
karena ku tak mau menyakiti diriku…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Hanya diam,
saat hati tak mampu lagi menahan…….
saat marah membuncah,
saat semuanya berganti dengan amarah,sesal, kecewa dan sakit hati…
Saat semuanya harus berakhir,
saat hati tak mampu lagi menahan,
sakit, kecewa hanya itu yang dirasa…
Cukup kesabaran, cukup tuk menahan, cukup tuk bertahan…diam…
ketika amarah tak mampu lagi diungkapkan…
Langkah terhenti,
saat merasa tersakiti,
saat merasa terlalu sakit…
Coba redamkan,
ikhlas, dan relakan jadi kenangan,
semuanya…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sobat
Ku tahu
Kau tak pernah menatap ku
Kau tahu
Ku tak pernah menatap mu
Dan
Kita sama-sama tahu
Persahabatan antara kita
Masih ada
Meski badai
Menentang tuk berkelahi
Meski hutan
Merapat tuk menghalangi
Tapi
Persahabatan tak pernah pupus
Tak pernah putus
Walaupun tanpa suara
Walaupun tanpa suara
Biarkan
Persahabatan antara kita
Tetap deras
Sampai tak berbekas
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
AKU MELIHAT BUNGA SEROJA
BERTABURAN DALAM RIAM
MENGHIASI SEPANJANG ALIRAN
SUNGAI DIMALAM REBAH
SUNYI SENYAP DITERPA ANGIN
MENGHEMBUSKAN KISAH KASIH SEPASANG ANGSA
DISINI DIANTARA SEROJA
JEJAK ADU KKASIH KEDUANYA
NAMUN..
WAKTUPUN TAK BISA DITUNGGU
DAAN TAK ADA YANG BISA
MELAWAN YANG SATU
KEMUDIAN….
TITIK2 HUJAN MULAI TURUN
SEPASANG ANGSA MUYUNG
MENANTIKNA LANGIT TEDUH PENUH
SEMENTARA SEROJA MURUNG,BASAH KUYUP
MENANTIKAN SEPASANG ANGSA DIDEKATNYA…..
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
LONCENG BERBUNYI, AKU PERGI
PUKUL SEPULUH LAMANYA AKU DISANA
DIUJUNG UTARA DARI KELASKU
BUKU-BUKU BERJEJER MENANTIKAN STIAP MATA
JEMARIKU MULAI MENGAPIT SYAIR2 YANG DIBUKUKAN…..
AKU MELIHAT MULAI MERASA
AKU MEMBACA MULAI TERLENA
AKU MENDALAMI MULAI SSEPI
SUNGGUH AKU TERHANYUT DALAM BUAIAN KATA2 GUNING……
SELURUH ORGAN TUBUHKU TERLELAP DALAM KEINDAHAN PUITISME….
WAKTU KEMUDIAN
WAKTU YANG TAK DIIMPIKAN
AKU MULAI MASUK DALAM PASUNGAN
FISKA, MTK, KIMIA DATANG
HATI SEPI MULAI TERBUANG…..
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
waktu berhenti, darah tak mengalir, jantung terdiam…
namun hati seolah menerima cahaya cinta..
begitu perasaanku melihat dia…
rambut lurus membelah alam sadarku…
hitam mata menghisap pandanganku padanya…
bibir manis bagai madu yang
memberi rasa dilidahku…
gelap gulita seakan hilang saatku melihat wajahmu…
badan, hati,
pikiran, jiwa
seakan mendorongku untuk mendekatinya
ingin mendekapnya lembut
memberi perlindungan dan kasih sayang seumur hidupku
ku ingin mencium bibirnya
menghidupkan suasana malam suci ini
di temani bulan yang menyinari dunia ini
sungguh
cinta datang dan pergi tanpa diduga
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kutertidur tapi kusadar
Bukan mimpi tapi kenyataan
Perih…Pahit ku rasa……….
Menyenagkan bila tak terasa
Tertawa,tersenyum untuk menutup luka
Ooh sungguh
Dunia terasa gelap saat ku rasa
Beban berat hidup ini sangatlah nyata
Kebohongan serta sandiwara
Menjadi satu dalam rasa
Aku lelah bukan menyerah
Perih..sesak di dada
Tapi…..apalah daya,aku tak bisa mengalah
Nasibku memang begini adanya
Menahan sakit,sampai jiwa terasa tak ada
Kurus,kering …
Walau tak kena siksa
Sesak..Sesak ..rintihku
Melihat derita hidup keluargaku
Walaupun terang,tapi terasa gelap
Aku harus sanggup untuk berkata
Aku bisa..aku bisa…agar mereka terlihat terang
Untuk Dunia
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Apa sebenarnya yang kita cari,
berkutat pada kebohongan ?
mengenyampingkan perasaan ?
Kita terus ikuti alur,
dari satu kebohongan ke kebohongan yang lain,
dan masing-masing kita tidak sadar bahwa kita tlah memulai tuk saling
menyakiti…
Apa yang kita cari,
aku ingin mengakhiri semuanya,
mungkin akulah yang memulainya,
Aku sayang kamu, sayang…
tapi mengapa kita harus mempertahankan kebohongan ?
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Dimana air mata
Di sana ada duka
Namun tidak semua
Air mata
Berakhir dengan duka
Lihat di sana
Seorang bunda
Menangis tertawa
Melihat anaknya
Selamat dari jeram dunia
Lantas benarkah selama ini kau bicara
Air mata
Selalu berakhir duka?
Aku berontak
Aku teriak
Namun suara dari jiwa
Begitu erat membelenggu dada
Ku coba menerjang, meradang
Ku coba menentang, merajang
Namun langit begitu pekat
Dan angin teramat sarat
Meninju langkah
Membunuh asa
Hingga aku
Tak bisa lari dari keluhku
Kini
Di langit tersungging mentari
Namun bukan mentari yang kuingini
Mentari kini
Tak lagi menatap merata
Wajahnya timpang ke utara
Pada tuan – tuan kaya
Yang congkak di atas beranda
Aku hanya bisa meratap
Senyap
Meresap segala cemar yang berkibar
Tak adakah duka usai akhirnya?
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Hitam, kuning, putih, hijau, biru, merah…
Ditanam… Berkerumun tanpa hakekat.
Bergerak perlahan jauh mendekat.
Mencoba meraba diri tersurat.
Tunai waktu panen setengah.
Tiada matang dapat dinikmat.
Menyisa satu…
Hanya satu…?
Ya…
Tinggal satu…!!
Tinggal satu tekad hakekat
Bulat, sehat, kuat…
Semerbak indah lalui indra…
Harum rasuki jiwa…
Segar tanpa gentar…
Menyebar, menjalar, menuju hati dituju.
Sayang…
Tiada asa mampu dinikmat.
Tiada tanggap harap didekap.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
semakin jauh
jauh melewati jalan anganku
pikirku melesat tinggi
dalam balik kaca ku tatap kau
lama …
cukup lama, sengaja untuk mengenangmu
sebab,
nanti kita jarang bertemu
deru mobil, serta derai hujan
menyaksikan kita
yang terakhir kalinya
hanya sekali berpandang
kemudian kita berlalu
lampu jalanan,
kaca di jalan
mengisi pikirku
untuk engkau
sebab nanti
setelah malam ini,
aku pasti mendambakan engkau kembali
derai hujan
derai tawamu
entah mengapa …
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
sunyi ini
memaksaku untuk tetap
terdiam
keluh itu
memaksaku untuk mendengarnya
terpaku
dalam hembusan angin
yang hampa
kemudian dalam gelapnya
aku tetap tak bisa banyak berbuat
mereka memaksaku
untuk tetap tinggal
terdiam dalam jalan ini
mendengar segala hembusan
telingaku tuli
pikiranku kosong
mulutku bisu
tangan dan kakiku kaku
kalian hanya memaksaku
sekedar memaksaku
tanpa ada hirauan atau sapaan
tolak menolak tak terhirau
masih terpaku
terdiam
diantara kalian
sunyi …
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
oohh..
wajahmu yang sangat Cantik..
membuatku terpesona…
ketika kau lewat didepanku…
rasanya q ingin memelukmu!
ktika q tetidur…
kau datang di mimpiku,
dan menjadi putri tidurku..
hatimu baik dan jernih…
tak ada noda 1pun yg kremui pada dirimu…
ku berharap kaulah cinta sejatiku..
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Dalam kegelapan malam..
Kumendengar gemericik air yang menenangkan jiwa
Membentuk sebuah simponi alam dalam kegelapan
Seperti memainkan lagu sendu
Diantara kekosongan hatiku
Dalam kegelapan malam ..
Kurindukan mentari dengan cahayanya yang sombong
Merasuk masuk kedalam jendela kaca
Mengirimkan sinyalnya akan datangnya pagi
Menghentikan alur dari mimpi indah tentangmu
Dalam kegelapan malam..
Kumainkan jemariku pada sebuah gitar tua
Diiringi angin yang bersiul diantara hamparan rumput kering
Bersama nyanyian jangkrik yang begitu sempurna
Lalu dari situ kubuat sebuah bait lagu indah tentangmu
Dalam kegelapan malam..
Kumenatap ribuan bintang
Dengan sinarnya yang begitu indah
Yang menari diantara cahaya bulan separuh purnama
Membuatku teringat akan senyumanmu
Yang terus membayangi di alam sadarku
Didalam kegelapan malam..
Kutermangu dibuai mimpi
Mimpi akan datangnya seorang bidadari
Lalu menyapaku dengan senyumannya yang suci
Dan membawaku terbang jauh ke dasar hati
Membebaskan diriku dari segala rasa sepi
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Lelah….
bersembunyi dibalik ketegaran hati…
saat sendiri, terasa betapa rapuhnya diri ini…
Melupakan apa yg dibutuhkan,
mengabaikan semua yg disediakan….
Sampai kapan ?
bersembunyi dan menutupi kesendirian ini…
Aku lelah bahkan menyerah
tuk meraih sesuatu yg sebenarnya bisa berubah jadi indah…
ini lah aku,
inilah aku dengan semua titik jemu ku…
tapi hanya untuk saat ini,
sampai lelah ini hilang sendiri,
dan kembali lagi tuk bersembunyi
TANPA JUDUL
Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban
Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu
Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan
Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengahwini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sebentar lagi gelap,
Sementara sudut hati masih terluka,
Nyiur melambai suruh kita pulang,
Tepat dibibir senja yang mulai menghilang ,
Kita susuri langkah terasa asing,
Langkah terseok senja mengiring,
Tak tau langkah tempat berpulang,
Kita saling terdiam,
dan kita hanya dalam cerita,
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kilau cahaya membuat kau terpaku,
Tiada henti kau bergumam,
Mencetuskan kata kata yang kian tak terarah,
Dalam wujudmu , kau berpeluh,
Ada rasa getir yang kian menyapa mu,
Itu memang seperti roda,
Seperti pula langit,
Dan seperti apa lagi kau tak tahu,
Derai air mata mu seakan jatuh perlahan,
Merungut unsur unsur yang terikat,
Kau ratapi terus rotasi asam manis deburan malam itu,
Kau sadar bukan?
Kau berada pada dua cerita,
Tanah haram dan berbatuan suci,
Entah , kau pilih yang mana,
Mentari tak akan lagi menjawab,
Dia hanya membisu
Mengikuti setiap huruf konsonan yang kau ucap,
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Ku berladang rindu di hatimu
Agar musim semi bermekar wangi di jantung mu
Ku bingkai dengan lukisan cinta di sekeliling pagar
Ladang ini milik mu
Pada mekarnya mawar yang berduri
Sengaja ku berladang rindu di hati mu
Segar udara mu kan berhembus disana
Aku adalah peladang rindu hatimu
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
jalan setapak
yang terlupakan
terkapar dibakar matahari
semak belukar di kedua tepi
berlomba menghapusnya?
Amuk belalai badai membantai,
gemuruh Beribu guruh menyerbu,
cambuk petir mengamuk,
Dan berjuta panah hujan susul-menyusul
Menggempur gempar jalan ku tak berampun.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
haruskah cinta mencambuk jiwa
membuat batin merana
tersiksa rindu dendam
duka asmara
haruskah cinta menuai asa
dalam pesona kemesraan yang membuai
begitu lama aku menunggumu
dalam sebuah penantiandan
pengharapan yang tak pasti
kukan tetap menunggumu
walau waktunya akan tiba
dan rindu itu akan mengusungku dalam keranda kematian
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Aku slalu mencoba..
Pertahankan hatiku..
Layaknya karang,,dihempas debur ombak…
Namun…
Tak ayal bagiku,,rasa rindu itu..
begitu berat, menjelma dalam kalbu..
….Keindahan..
Yang pernah terangkai begitu rupa..
Kini terserak dan membangkai..
Karna puing2 keangkuhan..
aku merasa tertinggal jauh dari mimpiku dan mimpimu..
karna Aku msih disini…
Dan tak mungkin bisa beranjak…
“PADANG KALBUKU MENGGERSANG”
Laksana kemarau panjang..
Keringkan embun di ujung rerumputan…
hmmmmmmmmhhhmmmmm
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Aku Melihat Bara
diMatamu
ketika
Kudaki bara matamu
Lalu kau padaku
Mawar memudar
Bersenandung di warna mekar
Kutarik tirai mantramu
Hingga kidungnya tergelincir
Disela mata
Aku ingin menjadi bulan
Lalu menyusut kedalam
Kata berjuta irisan
kemanakah engkau
wahai perindu yang bisu
aku rindu dongeng perigimu
rayulah mimpiku
sampai aku
hilang benar selera
Katamu lusa adalah janji
Lalu kapan kau akan singgah
Lagi disini.
Di dadaku yang ditumbuhi
Pohonpohon perdu
Kini sudah genap
usiaku
Kemarin adalah mimpi
Yang akan kutaburkan
Diatas batu lazuardi
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Semilir angin subuh belai wajah
tatkala baru dibasahi buliran perih
tetesan embun pagi perlahan , namun
pasti menghujam palung hati
Terbidik pandangan pada langit
masih buram , ragu fajar memancar sinar
seolah Cerminan raga rapuh
detak intuisi pun gagu
Sadar nalar akan kekhilafan
Keraguan atas cinta begitu dalam
Kefanaan bathin untuk wujud kepedulian
Bathin suci diabrasi hujan bisikan syaitan
Meski gelombang samudera mengering
Walau langit jatuh pada genggaman
Sungguhpun pena takdir diukir isyarat relung
Namun….., segala tiada arti secuil pun
Seiring getirnya suratan , terpatri di garis tangan
Menjulang tinggi rasa kemunafikan diri
bahkan hampir capai titik aporisma
Kepenatan akal , ku nilai sebagai beban
Rutinnya aliran tangis , ku yakini tiada harganya
Berliter peluh tercipta,perintah beribu kata memberontak sama
Sejenak menyibak tirai keikhlasan ,
Berganti kebencian : mengapa hidup seolah sporatis bersifat culas bagiku!
Akhirnya hanya miliki- Mu
Berjuta kali aku menampikkan -Mu
Bertriliun langkahku tak lepas dari sentuhan-Mu
Berujung segalanya pada cawan kuasa-Mu
peluh , airmata , darah , bahkan tulang belulangku
Dan kini setelah waktu ditentukan
Janji tersembunyi mulai menampakkan diri
Satu per satu asa tertunda menjelma nyata
secercah harap kembali membara
Dari serangkai pigura hidup ini kupadati
makna equilibrium putaran roda bumi
Mohon beri segenggam kesempatan
tuk hadiahi kebahagiaan….
Bagi para insan yang ditakdirkan di sisi
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Saat ini Tangis kembali terisak
Air mata yang terlempar dari kedamaian dan kecerian
Termangu diriku didepan kaca dunia
Aku berdiri dengan air mata menentang kuatnya dunia
dunia seperti menyudutkan aku,
dunia seperti menghina ku,
dan dunia seolah olah mentertawakan aku
Jiwa ku mencengkel di langit hati
Ini adalah masa yang penuh kenangan di dunia ku
Yang terkadang membuatku mengutuk diri ku sendiri
Dan juga peristiwa yang tak jarang pula membuat aku menumpahkan jutaan air mata
Kaca Dunia
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Murung wajah mu itu
Sementara dalam wujudmu kau berpeluh
Tiada henti kau bergumam
Menunggu ku di bawah selimut
Untuk membangun bermacam surga di dalamanya
Puisi surga, selimut, membangun
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
kita semua adalah raja
dinegeri ini semua adalah raja
bahkan semut pun adalah raja di negeri ini
biar kecil,
tetap saja raja,
yang patut dihormati dan dijunjung
karna itulah hakikat raja
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
malam ini..
ku termenung di kamar tidurku
paras wajah ku muram
mata ku tak henti mengeluarkan air mata
ku ter ingat pada hari ini
ku merasa perjuangan ku hanya sia-sia
tapi….
seketika aku ingin untuk melihat bulan dan bintang
malam begitu cerah..
ku lihat bulan seperti tersenyum padaku
ku lihat bintang seolah tak ingin ku menangis
sekarang ku sadar
hari ini adalah kegagalan ku
yang harus menjadi cambuk keberhasilan
untuk masa depan ku nanti
terima kasih bulan
terima kasih bintang
karna telah membangkitkan semangat ku
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kita memang manusia paling sempurna
Punya mata untuk melihat
Punya mulut untuk berbicara
Punya kaki untuk berjalan
Punya telinga untuk mendengar
Punya hidung untuk mencium
Punya akal untuk berpikir
Begitulah kesempurnaan kita
Dibanding dengan makhluk lainnya
Namun tatkala satu nikmat
Tak dapat kita gunakan
Kita baru sadar akan kebesaran-Nya
Kita memohon kepada-Nya
Meronta-ronta terus memohon
Agar nikmat kembali dahulu kala
Tuhan Yang Maha Tahu
Maha Kuasa atas segala lehendak-Nya
Kita hanya bisa berdoa dan berusaha
Pasrah kepada-Nya
Kita…kita
Kita manusia akan selalu ingat kepada-Nya
Tatkala butuh kepada-Nya
Kala hati senang, gembira,ceria
Kita tak ingat kepada-Nya
Begitu musibah sudah dibalik mata
Mulut meronta-ronta
Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan Yang Maha Perkasa
Tuhan Yang Maha Pengasih, Penyayang
Tuhan Maha segala-gala-Nya
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Jika Tiba saatnya 2
Jika tiba saatnya
Manusia akan dibangkitkan dari tidurnya
Berkumpul di lapangan yang luasnya bernar-benar tak terkira
Itulah saatnya
Akan ditanyakan empat perkara
Umurmu kau habiskan untuk apa
Masa mudamu
sampai habis dan tua kau pakai untuk apa
Hartamu kau dapatkan dari mana
dan kau belanjakan untuk apa
Saat itu pula
Karena menunggu putusan perkara
Tentang surga atu neraka
Manusia akan merasa sangat payah tersiksa
Karena matahari di dekatkan di atas kepala
Ada yang berkeringat sampai paha, dada, mata bahkan hingga menenggelamkannya
Semua tergantung dari dosa ketika dia di dunia
Lalu mereka menemui empat ulul azmi yang mulia
Agar memintakan safaat Tuhan kepada mereka
Tapi semua berkata yang sama
Kami semua pernah berbuat dosa
Dan pada hari ini Tuhan telah bernar-bernar murka tak terkira
Keempat-empatnya menyarankan agar mendatangi yang kelima, Kholilulloh dan
penutup para Anbiya
Mereka pun bergegas pergi untuk meminta
Muhammad
Rasul yang mulia pun setuju dengan mereka
Lalu naik ke atas Arsyi menghadap Tuhan Yang Esa
Syafaat pun diminta
Dengan kemurahaaNya
Syafaat diberikan terutama untuk umat Muhaammad agar masuk ke surga dalam
urutan pertama
Selanjutnya nabi terdahulu, umatnya dan pembelanya
Begitulah kisah yang tersirat dalam Hadis yang mulia
Lewat sabda Rasul penutup Anbiya
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Entah karena apa
Berjuta malu dalam jiwa telah sirna
Tak seorang pun tahu kenapa
Memang bodoh bertanya ada apa
Karena sudah nyata
Bukankah nafsu tak lebih dari ujung semua perkara
Menguasai hati manusia
Itulah sebabnya
Tak siang, tak sore, dan malam sama saja
Dia…..
Tetap saja angkuh dengan sombongnya
Seakan menang atas tuduhan perkara
Karena telah banyak merubah
Manusia jadi telanjang tanpa busana
Wanita
Pria
Tua renta
Hakim pemutus
perkara
Polisi negara
Kepala desa
Telanjang tanpa malu tanpa busana
Di panggung sandiwara
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Ibu…..
ketika ku mengingatmu
ku terasa sepi
karna jauh dari tempat tinggalmu
jauhmu tak bisa menghapus atas jasamu
yang sungguh mulia
ku menerawang melalui sinar mentari
yang menerobos celah bilik yang sempit
anginpun menghantarkan rinduku pada ibu
rindu yang berisikan doa dan asa
Ibu….
maafkanlah
ku tak bisa bertemu
agar kau sehat selalu
asamu tak munkin terhutung
dau-daun dan lautanpun tak cukup dijadikan bahan baku tuk
dijadikan bahan baku mencatat jasa-jasamu
aku selalu ingat dan merasakan
belaianmu yang masih hangat
Ibu…
ketika ku mengingatmu
ku terasa sepi
karna jauh dari tempat tinggalmu
jauhmu tak bisa menghapus atas jasamu
yang sungguh mulia
ku menerawang melalui sinar mentari
yang menerobos celah bilik yang sempit
anginpun menghantarkan rinduku pada ibu
rindu yang berisikan doa dan asa
Ibu….
maafkanlah
ku tak bisa bertemu
agar kau sehat selalu
asamu tak munkin terhutung
dau-daun dan lautanpun tak cukup dijadikan bahan baku tuk
dijadikan bahan baku mencatat jasa-jasamu
aku selalu ingat dan merasakan
belaianmu yang masih hangat
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Saya tak tahu mengapa
Saya merasa agak melankolik malam ini
Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas kota ini
Dengan warna-warna baru
Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan
Semuanya terasa mesra tapi kosong
Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada
menjadi puitis sekali di jalan-jalan
Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya
Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia
pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya
Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih
Hanya kemarahan yang membuat saya keluarkan air mata
Bagi saya ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam hidup
dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Engkau bilang cinta itu datang dua kali
Di pagi dan malam hari
Pagi; saat rembulan mulai samar, embun menyelimuti daun-daun pisang kering
Malam; saat mentari beranjak pulang, kabut dingin menyapa hati yang terluka
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
rebulan mu kini seperti leterah
bintang mu kini seperti mentari
mampu menyinari nmun ta bisa memberi arti
mampu menemanni nmun ta sehati
slalu kau senangi dan kau hayatti
nmun kau semakin ta berarti
ukap kan yang terjadi dan kau sesali
apa yang kau pilih adalah kesombongan hati yang tak pernah kau sadari
pahammi dan renungi kini kau ta berarti
dan bersujud pada illahi robbi
Tahun Baru
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Aku iba
Aku risih
Aku menagis di akhir tahun malam ini
seperti biasa yang ku rasa
Ku lihat dari celah jendela
Ku sorotkan mata ke arah langit timur
Yang Terliahat hanyalah api yang mengelabuni arah pandang ku
Ku intip bulan dari balik kabut asap
Karena itu yang bias ku lakukan lewat jeruji besi jendela kamar ku
Ku pejamkan mata,dan aku pun menangis bebas
Karena kesepian ku hanya di temani pekik dari mulut mulut terompet
Dan hidupku hanya di temani kata kata yang sepi
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sembilan bulan lamanya
Rahim dalam berada
Janin muda perut bunda
Pengorbanan tiada sia
Akhirnya aku lahir lahir juga
Dunia baru berseru
Pada diriku
Waktu dulu
Pada pangkuanmu
Jasa sejagat
Bercucuran keringat
Masih tetap semangat
Seiring kasih hangat
Dalam dekapan hanyat
Bunda
Waktu terus berporos
Pada kenyatan dunia
Dari balik tubuh polos
Doa pada bunda
Ananda bahagia
Bunda
Lanjut usia
Tetap saja kau setia
Terkadang ananda lupa
Masih terus bunda berdoa
Ku harap tak durhaka
Celakalah ananda
Neraka akan menyapa
Bunda
Ananda yang hina
Berharap tetap berguna
Walau jua tak ada
Selalu berusaha
Semoga bunda bahagia
Dunia memang berbeda
Tak mesti bersama
Bunda tetap di jiwa
Raga ananda,
Tetap bunda
Bunda
Untaian bunga
Ukiran bianglala
Lautan samudera
Intan permata
Kecantikan dunia
Tidak seberapa
Bunda tetaplah bunda
Terkenang sepanjang masa
Tak pernah ada akhirnya
Bunda
Wanita terhebat
Wanita terdekat
Ku kenal kau
Lewat nada merdu
Ku ucap kata ibu
Kaulah pelitaku
Tak akan padam
Terkadang meredam
Tetap tak mendendam
Dari kedingingan malam
Ananda memberi salam
Salam dari gubuk terdalam
Demi kerinduan terpendam
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
sahabat…
kaulah yang s’lalu ada
disaat q membutuhkanmu…
sahabat…
aku ingin kau terus di samping q
aku ta’k ingin kau jauh dariku..
karna kau belahan jiwa q..
sahabat …
okh,,,,
sahabat…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu
Kini semua terasa tiada
Makna yang terendap lama
Dan mendekam dalam gugusan matahari
Tak lagi bisa kuraba
Semua seperti kembali kosong
Harapanku akanmu,
Seperti menemui titik penghabisannya
Apa gerangan yang terjadi?
Tiba-tiba aku enggan mengumbar rinduku
Tiba-tiba aku ingin berhenti mencintaimu
Mungkinkah karena sikapmu yang makin lama tak lagi membiusku
Perlahan menghilang di balik dusta
Auramu yang makin pudar oleh sikap tak pasti
Angkuhmu melemahkanku
Bisumu menyurutkan langkahku
Aku lebih baik pergi…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Begitu lekat malam bermukim pada gelisahnya
Menganyam bathin menunggu kepastian
Yang tak kunjung hinggap
Pada waktu yang sedari tadi berkerumun
Mengais harap pada yang menjadi dambanya
Sedangkan waktu perlahan melahap malam
Melangkah berurai menjejaki yang baru
Gundah tetap setia bersarang
Pada kelopak penantianya
Sambil sesekali matanya merayap tajam
Pada jam yang sering berdentang
Sedikit gumam dan gusar menggeliat dalam ketenangannya
Hingga ajal mengintai waktu dan menerjang
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kata-kata mu selalu ku kutip sebagai musim
yang berkelindan di jantung dan di urat nadi ku
menyemarakkan setiap detik waktu
mengamani jejak sendat serpihan hidup ku
dan sekarang aku berada dipangkuan mu
dimusim yang lain lagi
ku biarkan engkau selamanya dihati ku
jangan lagi untuk coba lari dari ku
?Jangan lagi untuk berpaling muka kepada ku
Kelak kita pada satu atap langit kehidupan
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
ta’ ingin kutatap dirimu lebih lama
jika akhirnya kaulah yang akan memalingkan muka
ta’ ingin kudengar lebih jelas saat kau bicara
jika akhirnya kaulah yang akan membisu dalam bait kita
ta’ ingin kudekatkan langkahku
jika akhirnya kaulah yang akan pergi meninggalkanku
setiap pagi itu tiba dengan secerah sinar
surya
ataupun dengan mendung yang menghitam
ku inginkan malam itu segera menggantikannya dengan redupnya rembulan
agar tak dapat lagi kusaksikan kenyataan duniaku
tak dapat lagi kudengar kabar yang mengecilkan hatiku
yang membuatku menundukkan kepalaku
dan menyembunyikan butir” air mataku
derasnya hujan kuharapkan
agar dapat mengalahkan jeritan jiwa
di saat dia mengguyur tubuhku
maka aku tak perlu lagi menundukkan kepalaku
dia sudah membalut semua kesedihanku
walau hanya diatas wajahku bukan di dalam hatiku
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
wahai bunga-bunga kesadaran
aku ajak engkau dengarkan nafas ringkih ini
yang ku hembuskan dari dalam relung sukma
ku kidungkan seruling jiwa dengan lirih berdarah
runcing sepucuk lesung tersayat sembilu
inikah wujud separuh ruhku
yang tersisih dari senyawa kekasih
aku terbuang kehilangan bentuk
ketika sebaris sya’ir merangkai ejaan terakhir
sepatah kata sepatah hati
tersirat makna tinggalku pergi
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
berakhir sudah . . .
malam kini telah tiba . . .
sang fajar telah menutup matanya . . .
merah senja pun berganti hitam . . .
kelam . . .
atau mungkin aku buta ?
sunyi . . .
atau mungkin aku tuli ?
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Kau adalah secercah cahaya mentari dipagiku
Namun sinarmu bukan ada untukku
Kau adalah tetesan embun dipagiku
Namun jernihnya bukan hadir untukku
Cintamu dulu masih rapi tersimpan di sudut hati
Meski kini sayang itu sudah ta’ utuh lagi
Cintamu dulu menuang segala harapan di jiwaku
Meski rIndu itu telah terbagi dalam waktuku
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Demi kesetiaan..
Buang jauh keraguanmu.
Jangan pernah berpikir aku akan berpaling
Karna itu akan membuatmu resah..
Tuanglah anggur putih ketulusan,
Sebagai jamuan penghormatan suci.
Dialtar pengabdian cinta sejati,
meski getir menantimu..
bukankah kita tau..
tak ada keutamaan dalam bercinta,
selain derita yang mesti dimengerti
dan demi kesetiaan…,
ku persembahkan hatiku untukmu
meski Tanya menggelitik hati ini,
salahkah aku jika pergi ‘tuk memiliki…???
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
diantara penghujung waktu
terus dan terus menyelusuri
dari ujung ke ujung sepi
aku masih disini
bersama waktu waktu yang kabur
hingga sampai saat ini
senja pun telah uzur
tetap disini
kian sepi
waktu pun membisu
tiada kata yang mampu ku kutip
masih saja di sini
tak beranjak sama sekali
terdiam dan tergugu
semua serba kelu
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Hening terpuruk terikat bayangmu
Membatu dalam benak tak mau pergi
Mengapa selalu ada bayangmu mengasah tajam
Di tepi damba yang berarak menuju hatiku
Bersimbah keindahan yang melukis birunya sinar matamu
Berpeluh cinta yang mempesonakan bagai sepotong senja
Detik ini, aku memeluk hening, untuk dirimu…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
aku terdiam membisu
dengan wajah yang masih merunduk
menyeka bulir air mata satu persatu
mengeja dari sekira kira jarak yang melukai
aku siap pula mencincang kata kata
yang ku anggap merdeka
hidup yang dulu jauh sesudah zaman
dengan lantang berteriak dengan bahasa asing
bersiap mengadu berbagai macam argument
catatan
hidup yang belum bersih
dari rona noda yang membiru
aku hanya tersenyum dingin
seru yang tak di dengar oleh satu pun penghuni tanah
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
seindah surya menemui alamnya
kala datang
membawa aroma lekukan pipi
tercipta daku yang hanya kekarepan
pengen gitu tak bisa ..
seakan daku tak sanggup meraih nan jauh itu
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
SATU KATA YANG KU UCAP PENGGANTI RAGA DI SAMPINGMU
AKU BERDIRI DISINI JAUH DARIMU
AKU BERJALAN DAN TERUS BERJALAN MENATAP MASA DEPAN
KADANG KERINDUAN UNTUK BERJUMPA DENGAN MU TAK BISA KU SEMBUNYIKAN
AKU BELUM SAMPAI DI DEMAGA CITA CITA UNTUK MELIHATMU KESANA
PERAHUKU MASIH OLENG DI HANTAM BADAI KEHIDUPAN
AKAN KAH KAU BISA MENUNGGUKU DI DERMAGA ITU
JIKA MEMANG SETIAP SORE KAU MELIHAT MENTARI SORE YANG TURUN PERLAHAN DI DALAM
NYA LAUTAN
DISANA LAH AKU SAAT INI
ENTAH KAPAN AKU BISA MENDEKAP MU DI UJUNG SANA
KAN KUDAYUNG PERAHU TUAKU UNTUK MENEMUIMU IBU
DOAKAN AKU DENGAN KEIKHLASAN PENANTIANMU
KARNA ITU SEMANGAT UNTUKKU IBU
IBU
MUNGKINKAH MIMOIKU BISA KURAIH
AKU BERHARAP KESABARAN BISA MEMBAHAGIAKAN MU IBU
KARENA KERINGATKU SUDAH TAK SANGGUP KU SAPU LAGI IBU
AKU HARAPKAN DOAMU SELALU IBU
UNTUKKU BANGKITKAN AKU DALAM KETIDAK BERDAYAANKU
KAN KU LAWAN ARUS GELOMBANG DEMIMU IBU
AGAR AKU BISA MENJADI ANAK YANG BISA MEMBAHAGIAKAN MU
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Di hamparan perbukitan cahaya hijau bergelombang
kita nikmati waktu yang terselip di pucukpucuk daun teh
kugenggam jemarimu kaugapit lenganku
menyusuri celah sempit perkebunan.
Berdua bermesraan menikmati pemandangan alam
lerenglereng indah, nyanyian prenjak yang berpindahpindah
lalu lalang kita tumbuh menjelma bunga ilalang
menghiasi jalan setapak memperindah jejak kenangan.
Kupetik setangkai, erat kugenggam di jarimu
senyummu terurai, sesaat terdengar bisik sayang
cahaya senja tetirah di punggung perbukitan
tebing doa kita panjat hingga puncaknya.
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Di langit senja garis-garis
lembayung bagai permadani tak bertepi
kulihat lambaian tanganmu berselimut sutera tipis
menyeret isi hatiku menjelma sungai mengalir deras
begitu membuncah menuju muara, melibas segala keraguan
aku pulang ke samudra hatimu.
TANPA JUDUL PART 2
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sebuah lakon yang dimainkan
Melalui kisah kehidupan anak manusia
Banyak cerita yang diperankan
Rama dan Shinta
dengan kisah cintanya
Pandawa dan Kurawa dengan perang saudaranya
Punakawan dengan tingkah lucunya, dan
Semar dengan petuah dan nasehatnya
Mengapa tak banyak orang yang
menikmatinya
Berjuta kisah yang penuh makna ada didalamnya
Sebuah budaya, yang patut dijaga
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Sebening embun, indah parasmu..
Sejernih air, halus budimu..
Seputih awan, bersih hatimu..
menyejukkan, menyenangkan, membahagiakan, dan menenangkan,
itu tabiatmu..
tabiatmu saat berada disisiku..
mungkin juga tabiat aslimu saat berada di sisi jiwa-jiwa yang lainnya pula..
satu kata yang pantas untukmu..
kau…itu indah..
indahmu tak kan terbandigkan dengan apapun jua di dunia ini..
indahmu sungguh membahana..
membangkitkan kembali hati ini yang telah lama dahaga
akan air-air cinta..
kau..itu indah..
sebegitu indahnya…
sampai buatku tak kuasa tuk bisa berpaling darimu..
mengindahkanmu, meskipun sedetik saja..
ku tak kuasa..
kau…itu indah..
terlampau indahnya sampai kau tak pernah melihat ku disini..
tak pernah mengindahku yang memang jauh sekali dari kata indah menurutmu..
tak pernah melirik pun kepadaku yang mungkin bag malaikat tak rupawan,
tak bersayap, dan tak cemerlang…
menurutmu
kau..itu indah..
tapi sekejap saja indahmu jadi sirna dimataku..
semenjak ku tahu..
jikalau kau tak pernah sekalipun
pengindah ‘indah’ ku…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Malam tanpa aku
Bukan malam bagiku
Jangan marah wahai malam
Aku hanya merindukamu seperti malamku
Tanpa bulan
Tanpa bintang
Hanya engkau sejatimu
Dan malam hatiku
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
aku…yang berjalan dengan mauku mencintaimu dengan cinta dalam
hatiku..
kau..yang kucintai dengan rasa yang aku miliki sekalipun kutahu cinta kita
sulit untuk diperjuangkan saat ini..
dia…yang memang telah memiliki secara ragawi tapi tak pernah bisa merengkuh
hati ini..
menatap sedih dengan kehidupan yang harus dijalani…
cinta segitiga yang penuh dengan likuan jalan…
ada air mata, ada luka, ada takut, ada kecewa..
bercampur aduk…
antara cinta, kasihan dan pengkhianatan…
sampai kapan…
entahlah aku hanya mampu tertunduk diam dalam
keheningan…
tanpa harus berkata apa-apa..
dan hanya bisa ucapkan aku hanya mampu menjalaninya…
suatu saat akan memutuskan dan smoga indah pada akhirnya…
cinta dalam hati menjadi ukiran indah dalam diri…
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
Hari teras sunyi di hati,
Mata menatap dgn alunan perih,
Sepi temani diri dan hari,
Ingin pergi Tak kuasa Hadapi Emosi
Ya alloh
Bimbingku senantiasa di jlnmu
Jauhkan dari godaan Syetan
Ampuni tindakan yg kulakukan
ingin kembali kepelukanmu
Bermanja dan mengadu kpdmu
Apda daya ku hanya kecil di matamu
Namun kupercaya akan kebesaranmu ya alloh
Selamat Tidur Kasihku
R.DIAZ SUKMA LAKSANA
PUTRA.
dikala terang berganti kelam
kupu-kupu pejamkan mata
kunang;kunang terangi maya pada
bila raga telah letih berjalan
tidur adalah satu tujuan
untuk mendapatkan kedamaian
tidurlah wahai kasihku
bersselimut bulan dan bintang
seiring dengan do’aku
semoga para malaikat surga
menjaga lelepmu
hingga pagi kembali menyambutmu